Sejarah singkat MAPALGA


Oleh: I/MPG/002
Atas nama Golongan Pelopor
Demi revitalisasi MAPALGA

Merengkuh nafas selaksa angin,memeluk dingin berbalut hening. Lamat berjalan perlahan menuju letih yg terkantuk. Langkah menapak bongkah batu yang beralus membentuk alur. Menghimpun asa meggapai Yang Maha Luhur.

MAPALGA atau yayng awal pembentukannya memiliki kepanjangan Mahasiswa Pecinta Alam Gaib/Gabungan merupakan suatu paguyuban kepecintaalaman yang diprakarsai oleh Mahasiswa Diploma III Pengelolaan Universitas Gadjah Mada angkatan 2007. MAPALGA dibentuk bertujuan untuk menampung atau menghimpun orang-orang yang memiliki hobi berkegiatan di alam bebas (rimba-gunung) serta memiliki minat terhadap klenik (metafisika).

Di awal pembetukannya, MAPALGA tidak bisa dilepaskan dari pergumulan para pemrakarsa di warung kopi. Selain itu, anggota MAPALGA hanya terbatas pada beberapa orang yang memang kebetulan sering berkumpul dan bercengkrama di salah satu cabang warung kopi legendaris yang berlokasi di Jl. kaliurang KM. 5. Cabang warung kopi tersebut bernama "Ningratri" yang memiliki motto dahsyat "Tenangno Pikirmu" dan hingga saat ini masih menjadi slogan di lingkup MAPALGA. Frasa "Tenangno Pikirmu" dapat diartikan menjadi suatu kalimat perintah terhadap diri sendiri atau orang lain untuk menenangkan pikiran ketika menghadapi berbagai situasi yang dihadapi, baik situasi yang aman atau situasi yang genting, sehingga solusi yang didapatkan benar - benar tepat.

Selain motto tersebut, intensitas pertemuan di warung kopi yang sangat sering (setiap hari) menginspirasi kelahiran lambang MAPALGA yang bergambar kopi dalam cangkir lengkap dengan cawan tanpa tutup dengan tiga kepulan asap. Di atas kopi terdapat kompas, di bawahnya ada sepasang kaki, dan dibingkai dalam betuk segitiga dengan warna dasar hitam. Bagian - bagian pada lambang tersebut memiliki arti masing - masing. Kopi diinterpretasikan sebagai suatu liku kehidupan manusia, bahwa hidup tidaklah selalu manis tapi juga pahit dan getir, tapi justru dengan keberadaan pahit dan getirlah kenikmatan hidup dapat dirasakan dan disyukuri. Sama sepeti kopi yang akan memberikan sensasi kenikmatan karena rasa pahit yang dimilikinya. Dua pasang jejak kaki diinterpretasikan untuk mejalani kehidupan dg apa adanya sebagai manusia yang menginjak bumi di atapi langit. Kompas sebagai petunjuk arah dapat diartikan dg awal kehidupan di mulai dg petunjuk dan kembali pulang dg petunjuk. Dari semua bagian lambang tersebut dibingkai dg segitiga dan berlatar warna hitam. Segitiga berarti tri tunggal kesatuan kehidupan yang menghidupi dan melebur antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Sedangkan warna hitam melambangkan kebijaksanaan dan ketenangan pikiran (tenagno pikirmu). Walau Ningratri saat masih tutup, akan tetapi kekuatan kalimat Tenangno Pikirmu akan tetap melekat disetiap lingkar perjalanan MAPALGA beserta anggotanya sehingga menjadikan Ningratri suatu bagian tak terpisahkan dari sejarah MAPALGA.

Seiring dg perjalanan waktu, keanggotaan MAPALGA mulai bertambah, dari yg hanya berjumlah 8 orang menjadi belasan orang. Pertambahan orang tersebut menyebakan pola kegiatan MAPALGA yg mulai bergeser dari perklenikan menjadi intimisasi kepecintaalaman. Yang dimaksud intimisasi kepecintaalaman adalah perubahan paradigma kepecintaalaman yang ada dg paradigma kepecintaalaman yg lebih intim,mengetahui olah raga,olah nafas, dan olah rasa. Sehingga di setiap langkah kaki yang menginjak tanah dapat merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Merasakan halus lembut sentuhan alam dari dingin udara. Merasakan keheningan pikiran (tafakur/berkhalwat) dan menyelesuri jati diri yg sejati (sangkan paraning dumadi). Dari intimisasi tersebut kemudian mencetuskan seragam lapangan yg ada saat ini, berwarna hitam,  lambang MAPALGA dan Bendera Indonesia dilengan, berkantong dua, dengan nama dan nomor anggota di atas kantong. Di punggung bertuliskan MAPALGA dan di bawahnya ter dapat kalimat "Menyusuri Sisi Gaib Diri Sendiri". Kalimat tersebut dapat diartikan dg usaha manusia dalam penemuan diri sejati, karena sesungguhnya siapa yg mengenal dirinya sendiri (hadits qudsi).

Pemakaian nama MAPALGA merupakan usulan dari salah satu pemrakarsa  yang mendapat inspirasi dari suatu paguyuban dengan nama sama MAPALGA yang terdapat di Lamongan, Jawa Timur. MAPALGA Lamongan memiliki kepanjangan Manusia/Majelis Pecinta Alam Gaib dan secara garis besar kegiatannya memang murni klenik (metafisika) yang berkaitan dg hal-hal adimateri yang terdapat di alam bebas. Dimaksud dg murni klenik dapat dicontohkan dengan mendaki gunung dengan ritual tertentu dg tujuan untuk mewarisi ilmu peninggalan nenek moyang, berkomunikasi dg jin. Sedangkan pada MAPALGA Jogjakarta kegiatannya berupa kegiatan alam bebas (expedisi rimba-gunung) dg tambahan pengetahuan ttg kemapalgaan yaitu olah raga,olah nafas, olah rasa.